YANG BERJATUHAN DI JALAN DA'WAH
I.
PENDAHULUAN
Da'wah merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan duri dan
rintangan. Kemenangan da'wah akan diperoleh apabila para anggota-anggotanya
komitmen dan teguh dalam menapaki jalan da'wah.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa akan ada anggota
da'wah yang berjatuhan, baik bentuknya penyelewengan, penyimpangan, pengunduran
diri dan sebagainya, sebelum meraih kemenangan. Fenomena ini tidak bisa
dihindari, sehingga ada sebagian orang memandang hal ini sebagai suatu fenomena
yang wajar / sehat guna memperbaharui sel-sel intinya, dan membebaskan da'wah
dari segala hal yang memberatkan dan menghambat pergerakan.
II.
FENOMENA YANG BERJATUHAN DI ZAMAN NABI
Pada zaman Rasulullah saw, sudah terjadi fenomena pembelotan para
anggota jama’ah untuk melepaskan tanggung jawab ataupun sekedar
bermalas-malasan dalam berda’wah. Beberapa peristiwa berjatuhan di jalan da'wah
yang sempat terjadi adalah:
a.
Kelompok mutakhollifin
(orang-orang yang tidak berangkat) pada perang Uhud, diantaranya: Ka’ab bin
Malik, Muroroh Ibnu ‘Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah. Namun mereka bertiga ini
kemudian diterima taubatnya oleh Allah swt, dan penerimaan taubat mereka
diabadikan di dalam Al Qur’an dalam surat al
Bara-ah, dan karena pertaubatan besar inilah surat ini juga dinamakan surat
at-Taubah.
b.
Pembocoran rahasia negara oleh Hathib bin Abi
Balta’ah. Namun mengingat kebaikan masa lalunya, yaitu keikut sertaannya dalam
perang Badar yang merupakan yaumul furqan,
Rasulullah saw mengampuni dan tidak menghukumnya.
c.
Haditsul Ifki (berita
kebohongan besar) terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. Diantara orang-orang yang terlibat dalam penyebaran berita ini,
ada tiga sahabat nabi, mereka telah mendapatkan hukuman had, yaitu masing-masing di dera 80 kali, dan setelah itu merekapun
bertaubat. Mereka itu adalah: Hassan bin Tsabit, Hamnah binti Jahsy dan Misthah
bin Utsatsah.
d.
Pengkhianatan Abu Lubabah yang membocorkan rahasia
hukum yang akan diterapkan kepada orang-orang Yahudi Bani Quraizhah. Dia telah
menyatakan taubat kepada Allah swt dan Rasul-Nya, dan Allah swt-pun telah
menerima taubatnya.
e.
Peristiwa berdirinya masjid dhirar.
III.
SEBAB-SEBAB BERJATUHAN
a.
Sebab-sebab yang berhubungan dengan pergerakan
1.
Lemahnya segi pendidikan.
2.
Tidak menempatkan personal dalam posisi yang tepat.
3.
Distribusi penugasan yang tidak merata pada setiap
individu.
4.
Tidak adanya monitoring personal secara baik.
5.
Tidak menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat.
6.
Konflik intern. Konflik intern ini disebabkan oleh:
-
Lemahnya kepemimpinan.
-
Adanya tangan tersembunyi dan kekuatan luar yang
sengaja menyebar fitnah.
-
Perbedaan watak dan kecenderungan individu.
-
Persaingan dalam memperebutkan kedudukan.
-
Tidak adanya komitmen dan penonjolan tingkah laku
individu.
-
Kevakuman aktifitas dan produktifitas.
Dalam sejarah, konflik yang pernah terjadi antar
ummat Islam adalah pada peristiwa konflik golongan Aus dan Khazraj. Dalangnya
(provokatornya) adalah orang-orang Yahudi, yaitu Syammas bin Qais. Atas
prakarsa Rasulullah saw maka golongan Aus dan Khazraj bersatu kembali. Hal
tersebut terbukti dengan turunnya QS Ali Imran: 100 – 105.
7.
Kepemimpinan yang tidak ahli dan qualified.
Sebabnya antara lain:
-
Kelemahan dalam kemampuan idiologi.
-
Kelemahan dalam kemampuan organisatoris.
Oleh karena itu, seorang pemimpin yang diangkat
haruslah memiliki syarat:
-
Mengenal da'wah.
-
Mengenal diri sendiri.
-
Pengayoman yang kontinyu.
-
Teladan yang baik.
-
Pandangan yang tajam.
-
Kemauan yang kuat.
-
Kharisma kepribadian yang fitri.
-
Optimisme.
b.
Sebab-sebab yang berhubungan dengan individu
Yaitu berjatuhannya anggota disebabkan oleh atau
bersumber pada pribadi anggota.
Yang termasuk
dalam hal ini adalah:
1.
Watak yang tidak disiplin, sehingga menyebabkan dia
tidak bisa menyesuaikan diri dengan organisasi / jama’ah.
2.
Takut terancamnya diri dan periuk nasinya (QS 4 :
120, QS 3 : 175).
Tersebut dalam hadits:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ
بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ (رواه أحمد ومسلم والترمذي).
“Syurga dipagari dengan hal-hal yang tidak
menyenangkan, dan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menyenangkan”.
(HR Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi).
3.
Sikap ekstrim dan berlebih-lebihan.
Tersebut dalam hadits:
“Hendaklah kamu menjauhi sikap ekstrim dalam
agama. Sesungguhnya orang yang sebelum kamu binasa karena ekstrim dalam
beragama”. (HR Ahmad dan An-Nasai).
4.
Sikap terlalu memudah-mudahkan dan meremehkan.
Tersebut dalam hadits:
“Sesungguhnya kamu melakukan
pekerjaan-pekerjaan dosa menurut pandangan mata kamu lebih halus dari rambut.
Di masa Rasulullah saw, kami menggolongkan perbuatan itu termasuk al muubiqoot (hal-hal yang
menghancurkan)”. (HR Bukhari).
5.
Tertipu kondisi gemar menampilkan diri (QS 28 : 83).
6.
Kecemburuan terhadap orang lain / kedengkian. (QS 5
: 27 – 30).
7.
Bencana senajata / penggunaan kekuatan.
Syarat-syarat penggunaan kekuatan:
-
Habis segala usaha dengan jalan lain.
-
Urusannya dipegang oleh pimpinan dan jama’ah Islam
dan bukan oleh individu.
-
Tidak menjurus pada pengrusakan dan bencana.
-
Tidak boleh keluar dari ketentuan syara’.
-
Penggunaan kekuatan sesuai skala prioritas.
-
Penggunaan senjata harus mempunyai persiapan yang
matang dan cermat.
-
Hati-hati akan pancingan berbagai reaksi.
-
Tidak boleh menjerumuskan ummat Islam bila posisi
kekuatan tidak seimbang.
c.
Tekanan Luar
1.
Tekanan dari suatu cobaan (QS 3 : 175).
2.
Tekanan keluarga dan kerabat (QS 9 : 24).
3.
Tekanan Lingkungan.
4.
Tekanan gerakan agitasi (penyebaran kritik dan
keragu-raguan).
5.
Tekanan figuritas (QS 7 : 12).
menarik utk kita pahami
BalasHapus