Hakekat Kesabaran
Sabar, secara bahasa berarti mencegah atau menahan. Menurut
syariat, sabar berarti menahan jiwa dari rasa keluh kesah, menahan lisan dari
mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar-nampar pipi, merobek-robek
pakaian atau pun ungkapan-ungkapan kesedihan lain.
Macam-Macam Kesabaran
Ditinjau dari obyeknya maka kesabaran itu terbagi menjadi
tiga; Sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Alloh, sabar dalam
meninggalkan larangan-larangan Alloh dan sabar terhadap musibah-musibah yang
ditakdirkan oleh Alloh Ta’ala.
Ditinjau dari sisi lain, sabar dibagi menjadi dua; Sabar
ikhtiyari (dapat memilih) dan sabar idhthiroori (tidak ada
pilihan lain). Jenis sabar terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan
Alloh adalah termasuk pada jenis sabar ikhtiyari, karena pelakunya
dapat memilih dan mengusahakannya. Sedang sabar terhadap musibah adalah
termasuk jenis sabar idhthiroori, karena pelakunya tidak memiliki
pilihan selainnya. Yakni ketika mendapatkan musibah maka tidak ada pilihan lain
bagi dia kecuali harus bersabar. Apabila tidak bersabar, maka dia justru
mendapat dua keugian, yakni musibah itu sendiri dan tidak mendapatkan pahala
dengan musibah tersebut. Sabar jenis pertama lebih utama daripada jenis sabar
yang kedua. Itulah sebabnya sabarnya nabi Yusuf terhadap godaan istri tuannnya
itu lebih utama dari pada sabarnya beliau ketika dibuang ke dalam sumur oleh
saudara-saudaranya.
Hakekat Ujian dan Musibah
Dengan menyadari hakekat sebenarnya dari ujian dan musibah,
maka kita diharapkan memiliki cara pandang yang benar tentang ujian dan
musibah. Sehingga hal itu dapat mengantarkan pada keyakinan dan sikap yang
benar.
1. Meyakini bahwa semuanya datang dari Alloh.
Alloh berfirman yang artinya, “Tiada suatu bencana pun
yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh.” (Al Hadid: 22)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji’uun’.” (Al Baqoroh: 155-156)
Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya apabila umat ini seluruhnya
berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak akan bisa memberi
manfaat kecuali yang telah Alloh tetapkan untukmu. Dan apabila mereka berkumpul
untuk menimpakan bahaya kepadamu, maka niscaya mereka tidak akan mampu
menimpakan kemudhorotan itu kecuali apa yang telah Alloh tetapkan untukmu.”
(HR. Tirmidzi)
Dengan meyakini bahwa semua itu adalah dari Alloh Azza wa
Jalla semata maka seorang mukmin akan mengembalikan semua urusannya kembali
kepada Alloh, disertai keyakinan bahwa di dalamnya pasti terkandung hikmah dan
pelajaran. Seorang mukmin tidak akan menjadi stres dengan adanya musibah yang
menimpa dia.
2. Disebakan karena dosa dan kesalahan kita sendiri.
Alloh berfirman yang artinya, “Ya Tuhan kami, kami
telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi.” (Al A’rof: 23)
“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah
yang menganiaya diri mereka sendiri. “ (Hud: 11)
3. Pelajaran atas banyaknya dosa dan maksiat yang kita
lakukan.
Alloh berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami
telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan
tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat).”
(Al ahqof: 27)
Ibnul Jauzi berkata, “Sebesar apa pun musibah yang datang
menimpa, hal itu masih belum sebanding dengan dosa yang telah mereka kerjakan”.
4. Bukti kecintaan pada seorang hamba.
Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, “Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya
ujian. Bila Alloh suka kepada suatu kaum maka mereka akan diuji. Jika mereka
ridho maka Alloh ridho dan bila dia marah maka Alloh pun akan marah padanya.”
(HR. Tirmidzi)
5. Menghapus sebagian
dosa orang mukmin.
Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, “Tidaklah musibah yang menimpa seorang muslim melainkan Alloh
akan menghapus dosanya, sekalipun musibah itu hanya tertusuk duri.” (HR.
Bukhori)
“Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau
mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Alloh
tanpa membawa dosa.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Sebagian salaf berkata, “Kalaulah bukan karena musibah
yang menimpa pastilah kita memasuki negeri akhirat sebagai orang-orang yang
pailit”.
6. Ujian atas keimanan.
Alloh berfirman yang artinya, “Apakah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana
halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Kapankah datang
pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
(Al Baqoroh: 214)
Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, “Diantara orang-orang sebelum kalian, ada yang digalikan
sebuah lubang untuknya. Ia dimasukkan ke dalamnya, didatangkan sebuah gergaji
lalu diletakkan di atas kepalanya dan ia pun dibelah menjadi dua. Ada juga yang
disisir dengan sisir besi sampai mengelupas kulit dan dagingya. Tetapi semua
itu tidak menghalangi mereka dari din mereka…” (HR. Bukhori)Masya
Alloh…!!! Lalu bagaimana dengan kita? Maka sungguh betapa lemahnya
keimanan kita.
Apa yang Seharusnya Kita lakukan?
Setelah meyakini dengan seyakin-yakinnya apa yang telah
disebutkan di atas, lalu langkah apa yang seharusnya dilakukan jika musibah itu
telah menimpa?1. Bersabar dan menerima takdir Alloh.
Alloh berfirman yang artinya, “Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’.” (Al Baqoroh: 155-156)
“Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang
telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada
Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”
(At-Taubah: 51)
2. Berfikir, mengapa musibah terjadi.
Alloh berfirman yang artinya, “Berjalanlah di muka
bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
itu.” (Al An’am: 11)
3. Bertaubat dari
dosa dan maksiat yang selama ini dilakukan.
Alloh berfirman yang artinya, “Ya Tuhan kami, kami
telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi.” (Al A’rof: 23)
4. Berbaik sangka dan tidak berputus asa terhadap rahmat
Alloh.
Alloh berfirman yang artinya, “Dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir.” (Yusuf: 87)
Dari Ummu Salamah, “Tidak ada seorang muslim pun yang
ditimpa suatu musibah lalu dia mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Alloh;
‘inna lillahi wa inna ilaihi roji’un Allohumma ajirni fii mushibati wakhluf lii
khoiron minha’, kecuali Alloh akan menggantikan dengan yang lebih baik
darinya”. Maka ketika Abu Salamah wafat, aku bergumam, ‘Siapa seorang muslim
yang lebih baik dari Abu Salamah? Sebuah keluarga yang pertama kali berhijrah
kepada Rosululloh? Namun lalu aku mengucapkannya. Dan Alloh menggantikannya
dengan Rosululloh’.” (HR. Muslim)
Perkara Yang Sunguh Sangat Menakjubkan
Lewat lisan Rosul-Nya Alah telah memuji orang-orang yang
beriman. Semua keadaan yang di alaminya itu bernilai kebaikan. Semua keadaan
itu dapat mengantarkannya pada sifat dan kedudukan terpuji di sisi Alloh
Ta’ala. Yakni asalkan dapat bersikap dengan sikap yang sebagaimana mestinya
pada keadaan-keadaan tersebut. Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam
bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan semua keadaan orang-orang
mukmin. Sesungguhnya semua urusan yang dimilikinya itu semuanya baik, dan
tidaklah hal demikian itu dimiliki kecuali hanya oleh orang-orang mukmin saja.
Jika dia mendapat kesenangan maka dia bersyukur, dan itu baik baginya; dan
apabila mendapatkan kesusahan dia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR.
Muslim)
Maka kalau kita perhatikan maka tidaklah seseorang itu
keluar dari dua keadaan, yaitu yang menyenangkan dan yang menyusahkan. Di balik
dua keadaan ini ternyata Alloh telah menyediakan pahala yang besar; yakni bila
mendapati sesuatu yang menyusahkan maka bersabar, dan sebaliknya bila mendapati
sesuatu yang menyenangkan dia akan bersyukur. Sehingga dalam kondisi apapun
juga, seorang mukmin selalu mendapatkan kesempatan untuk menuai pahala.
Nasehat dari Ibnul Jauzi Rohimahulloh
Ibnul Jauzi berkata, “Orang yang ditimpa ujian dan hendak
membebaskan diri darinya, hendaklah menganggap bahwa ujian itu lebih mudah dari
apa yang mudah. Selanjutnya, hendaklah membayangkan pahala yang akan diterima
dan menduga akan turunnya ujian yang lebih besar… Perlu diketahui, bahwa
lamanya waktu ujian itu seperti tamu yang berkunjung. Untuk itu, penuhilah
secepatnya apa yang ia butuhkan, agar ujian cepat berlalu dan akan datang
kenikmatan, pujian serta kabar gembira kelak di hari pertemuan, melalui pujian
sang tamu. Sikap yang seharusnya diambil oleh seorang mukmin di dalam
menghadapi kesusahan adalah meniti setiap detik, mencermati apa yang telah
terjadi di dalam jiwanya dan menguntit segala gerakan organ tubuh yang didasari
oleh kekhawatiran kalau-kalau lisan salah mengucap atau dari hati keluar ketidakpuasan.
Dengan sikap demikian, seolah-olah fajar imbalan telah menyingsing, malam ujian
telah berlalu, sang pengembara pun melepaskan kegembiraan hatinya karena
pekatnya malam telah sirna. Terbitlah mentari balasan dan sampailah si
pengembara ke rumah keselamatan”.
Sabtu, 04 Mei 2013
Hakekat sabar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar