Rabu, 01 Mei 2013

Hazihi Sabili


Hazihi Sabili



Allah swt menerangkan dengan jelas perjalanan Nabi Yusuf dalam berda?wah
di tengah keterasingan keluarga dan sanak saudara yang membuangnya,
nabi Yusuf as tiada henti melakukan manuver-manuver da?wah di setiap
ruang dan waktu, sejak difitnah oleh isteri pejabat, masuk ke dalam penjara,
dan kedudukan penting yang dijabatnya*
Firman Allah :
Artinya: Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.
Seruan ini terdapat dalam surah Yusuf ayat 108, termasuk dalam golongan
surah Makkiyah. Pesan ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw yang
merasa berada dalam kesendirian karena ditinggalkan oleh du bemper
da?wahnya yaitu Abu Thalib pamannya dan Khaijah, isterinya.
Allah swt menerangkan dengan jelas perjalanan Nabi Yusuf dalam berda?wah
di tengah keterasingan keluarga dan sanak saudara yang membuangnya,
nabi Yusuf as tiada henti melakukan manuver-manuver da?wah di setiap
ruang dan waktu, sejak difitnah oleh isteri pejabat, masuk ke dalam penjara,
dan kedudukan penting yang dijabatnya. Kesemuanya memberikan alur
da?wah yang istiqamah dalam satu manhaj rabbani yang tidak pernah
bergeser sejengkalpun.
Setelah pemaparan itu Allah swt menjelaskan dengan tegas jalur da?wah
yang harus dilalui oleh setiap pembawa dan penerus jejak risalah.
Kalimat pembuka ayat dinyatakan dengan Qul (katakanlah). Kalimat ini
dengan tagas menjelaskan bahwa tugas da?wah adalah tugas dari Allah.
Para da?i adalah orang yang telah menempatkan dirinya dalam jajaran
pesuruh Allah. Konsep kerja yang dilakukan adalah konsep kerja yang
datangnya dari Allah. Inovasi seorang da?i dalam aktifitas da?wahnya tidak
boleh keluar dari frame yang telah Allah buat.
Hazihi Sabili (Inilah Jalanku) inilah kata pemisah yang sangat tegas dan
jelas. Jalan yang ditempuh Rasulullah dalam berda?wah sebagai garis batas
antara iman dan kufur, jalan pemisah antara Tauhid dan Syirk, jalur pemisah
antara Islam dan jahiliyah, dan ketetapan hukum yang membedakan antara
Al Haq dan Al Bathil.
Inilah posisi seorang da?i yang harus jelas dalam bersikap. Tampil beda
dengan keyakinan tinggi, terpisah dari komunitas yang berbeda dengan
dirinya. Seorang dai tidak cukup hanya menyerukan kebaikan, sementara
kehidupannya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan
komunitas jahiliyah yang dia tentang. Konfrontasi dengan jahiliyah sejak
subuh hari da?wah dikumandangkan telah terjadi dan akan terus
berlangsung sampai akhir zaman. Karena antara Islam dan jahiliyah adalah
dua kutub magnet yang selamanya tidak akan pernah bertemu. Ketidak
jelasan sikap seorang dai terhadap nilai-nilai dan sistem yang ada di luar
Islam akan sangat mengganngu orsinalitas risalah yang disampaikan dalam
berda?wah.
Keyakinan dan keteguhan inilah yang akan membentuk sikap seorang dai
sebagai penyeru kepada Dinullah. Ad?u ilallah (Aku Menyeru kepada Allah).
Kata ?da?wah? dan sejenisnya dalam Al Qur?an selalu dikaitkan dengan
Allah. Ada tiga hal penting dalam redaksi ini, yaitu :
Pertama, untuk mempertegas bahwa aktifitas da?wah adalah mengajak dan
mengantarkan umat manusia mengenal dan mematuhi Allah, bukan untuk
mengenal dan mematuhi da?inya.
Kedua, yang harus ditinggikan, dibesarkan dan dilindungi dalam da?wah
adalah Dinullah (agama Allah), bukan kepentingan dai dan sejenisnya.
Ketiga,untuk menunjukkan bahwa jalan da?wah yang dilalui oleh para dai
adalah jalan hidup yang datangnya dari Allah, bukan buatan manusia.
Jalan Allah yang ditempuh para dai itu adalah Ash Shirat al Mustaqim
(jalan lurus) yang mengantarkan manusia kepada subulas-salam (jalan
kebahagiaan) hakiki di dunia dan di akhirat.
Dengan penegasan ini da?wah adalah tawaran obyektif dari para dai kepada
umat manusia. Tidak ada kepentingan pribadi da?i di dalamnya. Penerimaan
dan penolakan obyek da?wah bergantung kepada seberapa besar kesadaran
obyek da?wah itu dalam menyerap kebenaran Dinullah. Dengan demikian
keberhasilan dalam da?wah tidak membuat dai merasa bangga diri, dan
kegagalan dalam da?wah tidak membuat dao menjadi frustasi.
Jalan panjang seperti yang diserukan pada ayat di atas difahami oleh
Asysyahid Hasan Al Bana sebagai jalan yang sangat panjang dan berliku,
serta tidak pilihan lain selain jalan ini, yang dapat ditempuh untuk
membangun kejayaan umat. Perhatikanlah perjalanan da?wah Nabi Nuh as,
ia berda?wah siang dan malam tanpa pernah bosan, meskipun kaumnya
tetap sombong dan memusuhinya. Nabi Ibrahim dalam berda?wah harus
berkonfrontasi dengan ayah dan kaumnya. Liku-liku da?wahnya terasa
sangat melelahkan dengan berbagai dinamika yang memerlukan daya tahan
prima. Tetapi nabi Ibrahim as menyadari bahwa tidak ada jalan lain kecuali
sabilullah (jalan Allah) maka Ibrahim tetap istiqomah di jalan da?wah itu
meskipun tantangan kuat menghadang. Rasulullah saw dalam da?wahnya
selama di Makkah membuktikan dengan jelas bahwa rute perjalanan da?wah
adalah rute perjalanan yang telah Allah gariskan. Tawaran-tawaran yang
diajukan kaum kafir Quraisy untuk mencoba mengalihkan da?wah Nabi
Muhammad tidak dapat sedikitpun mempengaruhi jalan da?wahnya.
Rasulullah menyadari betul bahwa yang berhak menentukan arah perjalan
da?wah hanyalah Allah swt, bukan dirinya atau permintaan kaum yang terus
menerus menentangnya.
Dakwah menuju jalan Allah ini merupakan tugas para rasul dan seluruh
pengikutnya, ana wa manittaba?ani ( aku dan orang-orang yang
mengikutiku) dengan tujuan untuk mengeluarkan umat manusia dari
zhulumat (kegelapan kufur) menuju kepada nur (cahaya Islam). Karakter
dasar orang beriman adalah da?i, penyeru kebaikan untuk diri sendiri dan
orang-orang yang berada dalam otoritasnya. Tidak ada satupun dari umat
Islam ini yang dapat berlepas diri dari tugas dan tanggung jawab da?wah.
Firman Allah:
Artinya: Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma?ruf dan mencegah dari yang munkar dan
beriman kepada Allah. QS. 3:110
Sabda Nabi :
Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan bertanggung
jawab atas kepemimpinannya. Seorang wanita adalah pemimpin di ruamh
suaminya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang
khadim (pelayan) adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia akan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Hadits Muttafaq alaih.
Seorang da?i dalam aktifitas da?wahnya selalu berdasar kepada pengetuhan
dan keyakinan yang benar, ?ala bashirah. Da?wah Islam adalah da?wah
ilmiyah, selalu berlandaskan kepada hujjah yang nyata tidak cukup dengan
zhan (asumsi) atau dugaa-dugaan pragmatis. Al Qur?an menantang orangorang
yang memiliki pemahaman yang tidak sesuai dengan kebenaran atau
kenyataan dengan mengatakan:
Artinya: Katakan : Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu adalah orangorang
yang benar. QS. 2: 111
Tradisi da?wah Islam adalah tradisi ilmiah, bukan tradisi taqlid (mengekor).
Al Qur?an sering mengidentikkan budaya taqlid dengan sikap kaum kafir
yang jauh dari hidayah dan kebenaran. Firman Allah:
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah? mereka menjawab:?(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti
apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. ?(Apakah
mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk. QS. 2: 170
Dari itulah diperlukan kesiapan ilmiah yang cukup bagi setiap dai dalam
aktifitas da?wahnya. Dengan demikian maka da?wah Islam akan
mencerahkan kehidupan umat dengan ilmu pengatahuan. Da?wah Islam
akan mengangkat peradaban umat umat menjadi umat madani dengan
karakter ilmiah, membaca, mengkaji dan memahami persoalan dengan
berlandaskan kepada sumber-sumber ilmiyah yang kuat dan valid.
Orang-orang yang menjadi pengikut da?wah ini akan merasakan kekaguman
karena menemukan izzah (kehormatan) diri. Kekaguman itu mereka
nyatakan dalam ungkapan subhanallah (maha suci Allah). Sisi lain yang
tertangkap dari kalimat ini adalah nuansa kesadaran penuh, terjauh dari
kelalaian. Hal ini terlihat dari penggunaan kalimat tasbih ini untuk
mengingatkan orang lain yang dianggap lupa atau salah.
Kesadaran diri dengan izzah Islam ini membentuk pribadi kuat yang mampu
menyatakan jati dirinya di tengah komunitas lain yang melingkupinya.
Aqidah yang benar mendorongnya untuk berseru wama ana minal
musyrikin ( dan aku tidaklah termasuk orang-orang yang musyrik).
Pernyataan seperti ini tidak akan pernah keluar dari seorang pengecut.
Menyatakan identitas diri di tengah komunitas yang berbeda hanya bisa
dilakukan oleh orang yang bernyali kuat.
Demikianlah da?wah Islam memproduksi orang-orang berkepribadian
tangguh yang memiliki identitas jelas, berpengetahuan luas, bertanggung
jawab dan produktif dalam menebarkan kebaikan di tengah-tengah umatnya.
Mustafa Masyhur menjelaskan bahwa ? jalan da?wah adalah jalan yang satu.
Di atas jalan inilah Rasulullah saw dan para sahabatnya berjalan. Demikian
juga kita, para pendukung da?wah berjalan dengan taufiq (pertolongan)
Allah swt. Kita dan mereka berjalan berbekal iman, amal, mahabbah (kasih
sayang), dan ukhuwah (persaudaraan).
Aktifitas da?wah adalah aktifitas terorganisir untuk mencapai tujuan mulia.
Ayat di atas menggambarkan bentuk organisasi primer dalam da?wah ini.
Organisasi da?wah akan efektif jika memiliki tiga kaki pijakan ini, yaitu :
Pemimpin yang ikhlas
Rasulullah saw menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukankan
hati mereka di atas dasar cinta dan ukhuwah. Berpadulah
kekuatan iman dan kekuatan aqidah dengan persatuan. Maka jadilah jamaah
Nabi ini menjadi jamaah contoh teladan. Seruannya satu yaitu : seruan
tauhid ?La ilaha Illallah, Muhammad rasulullah?.
Rasulullah saw menyadari betul perlunya pemimpin yang berkualitas untuk
memimpin jamaah kaum muslimin. Hal ini dapat kita lihat dari usaha Nabi
mengkader sahabat-sahabat tertentu untuk menjadi calon pengganti dirinya
di kemudian hari. Kedekatan hubungan yang Rasulullah bangun dengan Abu
Bakar, Umar, Utsman dan Ali, tidak hanya hubungan persahabatan, atau
kekeluargaan semata. Tetapi lebih jauh dari itu, Rasulullah sering
memberikan kesempatan kepada mereka untuk berlatih dan mempersiapkan
diri memimpin umat, jika suatu saat Rasulullah kembali ke hadirat Allah.
Pendelegasian dan sariyah (ekspedisi pasukan) menjadi salah satu bukti
perhatian Rasulullah pada masalah kaderisasi pemimpin umat ini.
Kepemimpinan dalam organisasi adalah syarat mutlak yang tidak dapat
ditawar lagi. Kualitas pemimpin dalam sebuah jamaah akan sangat
mempengaruhi perjalanan sebuag jamaah. Di sisi lain munculnya seorang
pemimpin dalam sebuah jamaah adalah representasi kualitas jamaah itu
sendiri. Ali bin Abi Thalib ketika menjadi khlaifah pernah ditanya oleh salah
seorang rakyatnya. Mengapa di zaman Abu Bakar menjadi khalifah, dalam
waktu singkat ia mampu menyelesaikan permasalahan negara yang sedang
sangat terancam, dan di masa tuan permasalahan yang jauh lebih kecil dari
masalah Abu Bakar, menjadi berlarut-larut tidak terselesaikan? Ali
menjawab: ? Abu Bakar dapat dengan cepat menyelesaikan problem yang
sangat besar karena rakyatnya seperti aku, dan aku tidak bisa dengan cepat
menyelesaikan problem yang tidak begitu besar karena rakyatnya seperti
kamu?.
Pendukung yang beriman/jama?ah ( wamanittaba?ani)
Perjalanan sebuah jamaah dalam melintasi sejarah sangat ditentukan oleh
kualitas pendukung yang menjadi pembelanya, penegak perannya, menjaga
ashalahnya (keasliannya) dan pelindungnya dari pengaruh-pengaruh
lainnya. Organisasi yang kuat selalu didukung oleh para pengikut yang
berkualitas, loyal, solid dan bertanggung jawab penuh.
Allah swt mendorong umat ini untuk bersatu dan mengorgnaisir diri di bawah
bendera Allah. Firman Allah:
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama0 Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai?. QS. 3;1-3
Al Bukhari meriwayatkan dari Hudzaifah ibnul Yaman, berkata: Orangbertanya
kepada Rasulullah tentang kebajikan, dan saya menanyakannya
tentang keburukan karena khawatir jika kami menemuinya?lalu saya
bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya?
Jawab Nabi: Kamu tetap dalam Jama?ah kaum Muslimin dan imamnya.
At Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra berkata: Rasulullah saw
bersabda: ?Tangan Allah bersama dengan jama?ah?.
Umar bin Khaththab berkata:
?Sesungguhnya Islam tidak akan tegak tanpa jama?ah, dan tidak ada
jama?ah tanpa imarah (pemimpin) dan tidak ada kepemimpinan tanpa taat
(loyalitas)?.
Nabi Isa as pernah menguji loyalitas pengikutnya dengan mengatakan :
?Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan
agama) Allah?? Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kamilah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan
saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah
diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau
turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam
golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah). QS:3:52-
53
Dari ayat di atas dapat ditarik ciri-ciri pendukung da?wah yang baik adalah :
• Beriman kepada Allah
• Berserah diri kepada Allah
• Beriman kepada kitab Allah
• Beriman kepada rasulullah
• Telah menunjukkan jati dirinya
• Pernyataan kesediaan untuk menjadi pendukung da?wah.
Manhaj yang benar. (?ala bashirah)
Manhaj yang benar akan menjadi pemandu da?i dalam aktifitas da?wahnya
mencapai cita-cita da?wah yang agung. Hal hal penting yang harus diketahui
oleh setiap da?i dalam memahami manhaj ini adalah:
Memahami ghoyah (tujuan utama) da?wah ini, yaitu menjadikan Allah swt
sebagai puncak semua tujuan aktifitas da?wah. Sehingga produk dari proses
da?wah adalah masyarakat Rabbani yang selalu berorientasi kepada Allah.
Memahami amaliah (proses) berda?wah dalam mengantarkan umat
manusia agar keluar dari zhulumat jahiliyah menuju kepada cahaya Islam.
Mulai dari pencerahan ilmiah, pembentukan kesadaran, hingga menjadi
aktifitas muslim yang berangkat dari pemahaman yang benar dan kesadaran
penuh. Proses ini dilakukan terus menerus tanpa pernah berhenti madalhayah
(sepanjang hidup).
Memahami marhalah (fase) da?wah. Ada tiga marhalah penting dalam
da?wah, yaitu: a). marhalah pembentukan opini dan pencerahan publik,
dengan menyebarkan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan kepada
seluruh lapisan masyarakat, b). marhalah kaderisasi dan pemilihan bibit-bibit
berkualitas untuk dipersiapkan menjadi junud (prajurit) da?wah, c).
marhalah tanfidz (aksi), yaitu amal produktif dari pemikiran yang telah
difahami.
Memahami materi da?wah. Materi terpenting dalam da?wah adalah: a).
penanaman iman yang kuat/dalam, b). pembentukan kepribadian yang utuh
dan detail.
Dengan demikian ashalah da?wah dan produktifitas da?wah akan dapat
diharapkan berbuah dengan baik dan sempurna. Wallahu a?alm.
Versi Cetak | Kirim ke rekan Copyright © 1999-2005 DPP PK Sejahtera |
Redaksi | Info Iklan | DonasiWeb

0 komentar:

Posting Komentar