Rabu, 01 Mei 2013

Berjalanlah jangan berhenti...

Berjalanlah jangan berhenti...

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orangorang
yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman" (Qs. Ali Imran : 100)
Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan sikap para sahabat setelah perang
Badar, mereka duduk-duduk santai sambil menceritakan kehebatan masingmasing
diri dan sukunya dalam peperangan yang baru usai. Kondisi ini
dimanfaatkan orang kafir untuk menyulut kembali persoalan masa lalu yang
telah mereka pendam, yakni fanatisme kesukuan. Akhirnya muncullah sikap
saling membanggakan diri dari kelebihan mereka masing-masing di waktu
perang Badar. Percikan ini mengakibatkan amarah dari masing-masing pihak
yang bertikai untuk membuktikan siapa sebenarnya yang paling hebat.
Bahkan nyaris akan terjadi bentrokan besar antar mereka.
Berita ini sampai juga kepada Rasulullah saw. Beliau prihatin dengan kondisi
yang terjadi di antara mereka karena permasalahan ini, padahal dengan
ajaran Islam para sahabat telah diselamatkan dari permusuhan dan konflik
kesukuan kepada persaudaraan dan persatuan dalam Islam. Menyadari
kondisi ini akan membahayakan eksistensi kaum muslimin maka beliau
menyikapinya dengan memberikan kesibukan kepada para sahabat terhadap
aktifitas dakwah. Kesibukan para sahabat ternyata mampu meredam konflik
internal yang akan membahayakan diri mereka dan kaum muslimin pada
umumnya. Sejak peristiwa itu amaliyat dakwah beruntun diperintahkan Allah
SWT kepada mereka.
Apabila kita memperhatikan peristiwa yang terjadi di kalangan sahabat tadi,
merupakan teguran untuk kita semua agar selalu berbuat dan menindak
lanjutinya dengan aktifitas lain setelah selesai mengerjakannya. Di samping
itu jeda aktifitas setelah sibuk dengan berbagai kegiatan apalagi yang
berkaitan dengan amal dakwah dan tarbiyah akan membawa dampak negatif
sedikit atau banyak.
Ketika mengingat kejadian di atas, terlintas dalam benak pikiran saya barang
kali banyak bermunculannya permasalahan konflik internal lantaran adanya
jeda yang cukup lama dari aktifitas yang kerap dan biasa kita lakukan.
Kemudian saya teringat apa yang dinasehatkan Syekh Mustafa Masyhur
"janganlah kalian lupa bahwa titik tolak berangkat kalian bermula dari
aktifitas tarbiyah". Nasihat syekh ini menegaskan bahwa aktifitas yang
sekarang ini kita rasakan kenikmatannya, kita petik buahnya, kita raih
hasilnya, dan kita rambah berbagai wilayah dan gedung bermula dari
aktifitas tarbiyah. Aktifitas yang membentuk diri kita seperti sekarang ini.
Mencermati aktifitas dakwah dan tarbiyah beberapa waktu yang lalu
mengalami penurunan, sehingga terjadi ketumpulan dalam pengelolaan dan
peningkatan produktivitas dakwah dan tarbiyah. Penurunan ini tidak boleh
berlarut-larut akan tetapi harus segera kembali pada penyadaran diri untuk
berada pada jalan yang benar dalam amaliyah ini. Jalan yang benar dalam
aktifitas dakwah dan tarbiyah ini adalah melakukan taf'il tarbawi
(optimalisasi tarbiyah) dan ta'shil tarbawi (kembali pada orisinalitasnya
tarbiyah) agar meraih produktivitasnya demi kejayaan Islam.
Mengingat dua sasaran yang mesti dicapai perlu mengembalikan semangat
dan stamina dakwah dan tarbiyah kita dengan mengingat hal-hal berikut :
1. Menyadari bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak
akan terulang kembali.
Imam 'Athaillah Sakandari memaparkan dalam kitabnya Taajul 'Aruus,
bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak akan berulang. Ia
datang menjumpai manusia sekali saja, karenanya orang yang tidak
memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya termasuk orangorang
yang pandir.
Kesempatan yang diberikan pada kita sangat banyak sekali untuk melakukan
kebajikan namun sering kali kita mengabaikannya. Saat ini kita masih
diberikan peluang untuk beramal dalam dakwah dan tarbiyah. Betapa banyak
tugas yang bisa kita kerjakan. Merekrut manusia agar mendapatkan hidayah
selanjutnya dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya.
Memberdayakan kesempatan yang kita miliki diperlukan modal besar. Modal
besar itu adalah kecerdasan dan kedewasaan dalam bersikap. Dengan
kecerdasannya ia akan mengendalikan dirinya serta mampu memeta
aktivitasnya guna meraih manfaat di masa yang akan datang. Rasulullah
SAW bersabda bahwa orang cerdas adalah orang yang mampu
mengendalikan diri dan berbuat untuk hari esok. Dengan kecerdasan dan
kedewasaan dalam bersikap ini kita dapat mengukir kesempatan itu dengan
berbagai amal mulia.
2. Aktifitas yang stabil dan dinamis memberikan kesehatan
menyeluruh.
Selanjutnya adalah mendinamiskan dan menstabilkan amal yang kita
kerjakan. Kegiatan yang dinamis dan stabil akan memberikan dampak
kebaikan, di antaranya kesehatan yang menyeluruh; kesehatan ruhiyah,
fikriyah dan jasadiyah. Imam Syafi'i Rahimahullah memberikan pelajaran
yang baik dan bijak. Menurut imam terkemuka ini, air yang diam tergenang
akan cepat rusak dan dapat kembali baik jika dialirkan. Karena air yang
mengalir mengaktifkan susunan molekul yang ada di dalamnya.
Islam mengibaratkan kehidupan seorang mukmin bagaikan tubuh yang
saling terkait satu organnya dengan organ lain. Aktifitas organ yang dinamis
dengan gerakan yang terarah dan terukur. Gerakan-gerakan ini memberikan
kehangatan pada setiap elemennya. Kehangatan ini berarti tanda adanya
kehidupan yang akan memberikan manfaat besar baginya.
Dalam kaidah dakwah dikenal satu kaidah yang berbunyi Alharakah barakah
(gerakan akan memberikan keberkahan. Saatnya kita
berbuat??berbuat???dan berbuat. Bukan menjadi penonton, bukan pula
mengomentari orang lain, bukan pula menyalahkan keadaan, serta bukan
menjadi orang yang bingung untuk berbuat.
3. Balasan Allah SWT. bagi orang yang berbuat.
Allah SWT. akan membalasi orang yang berbuat setimpal dengan mutu
perbuatannya malah lebih besar lagi. Sudah barang tentu hal ini agar
mendorong kita untuk berbuat lebih baik lagi. Sikap Allah Orientate ini
hendaknya menjadi dasar perbuatan kita agar kita terhindar dari sikap putus
asa bila tidak dapat merasakan hasilnya dan tidak sombong ketika meraih
hasilnya.
"Dan masing-masing orang memperoleh derajat seimbang dengan apa yang
mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan". (QS. Al An' am : 132)
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan" (QS. An Nahl : 97).
4. Berbuat mewariskan sesuatu yang terbaik kepada generasi yang
akan datang.
Warisan merupakan peninggalan kepada generasi yang akan datang.
Mewariskan sesuatu yang baik menjadi suatu kemestian. Bahkan Islam
menandaskan agar khawatir dan cemas bila meninggalkan generasi yang
lemah dan terbelakang. Apabila kita menyimak sejarah orang terdahulu yang
diabadikan dalam QS. Al Baqarah : 132 ? 134 maka kita temukan bahwa
mereka mempersiapkan bekalan-bekalan yang baik kepada generasi
berikutnya. Bekalan itu untuk mengokohkan tugas dan tanggung jawab
generasi yang akan datang.
Syekh Mustafa Masyhur telah menyatakan: Dauruna qad madha wa saya'ti
daurukum (era kami telah lewat dan akan datang era kalian). Pernyataan ini
secara implisit menyiratkan bahwa para pendahulu dakwah ini telah
memberikan bekalan dan arahan kerja dalam dakwah ini kepada kita untuk
ditindak lanjutinya.
Memperhatikan besarnya tanggung jawab kita terhadap dakwah saat ini
maka perlu kita sikapi dengan sebuah tekad: berjalanlah jangan berhenti?..!

0 komentar:

Posting Komentar